
JAKARTA - Peningkatan kebutuhan energi dalam negeri dan global mendorong pelaku industri batubara di Indonesia menargetkan angka produksi yang lebih tinggi untuk tahun depan. Supriatna Sahala, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia, mengungkapkan bahwa target produksi batubara nasional tahun depan dipatok mencapai 340 juta ton, naik dari proyeksi tahun ini yang berada di kisaran 300 juta ton.
Tidak hanya dari sisi produksi, alokasi untuk kebutuhan domestik juga mengalami peningkatan signifikan. "Untuk penjualan dalam negeri, kami perkirakan bisa mencapai 90 juta ton, meningkat dari alokasi tahun ini sebesar 65 juta ton," ujar Supriatna.
Lonjakan kebutuhan ini tidak hanya bersumber dari pasar domestik, tetapi juga dari negara-negara pengimpor utama seperti India. Negara tersebut, menurut Supriatna, setiap tahun mengalami defisit hingga 100 juta ton batubara, menjadikannya pasar penting bagi Indonesia.
Baca JugaDari Sampah Jadi Energi, Inovasi Hijau untuk Masa Depan Kota
Prospek ini juga memperkuat keyakinan bahwa batubara masih akan menjadi pilar utama energi nasional dalam jangka panjang. “Kami masih melihat batubara sebagai tulang punggung energi hingga 50 tahun mendatang,” katanya.
Harga Diprediksi Menguat, Ditopang Permintaan Global
Seiring dengan meningkatnya permintaan, harga batubara pun diperkirakan akan tetap berada di level yang menguntungkan. Supriatna menyebutkan bahwa harga batubara kalori 6.200 kemungkinan akan berada di kisaran US$ 95 hingga US$ 100 per ton, sementara batubara kalori 5.800 diproyeksikan stabil di level US$ 80 per ton.
Stabilnya harga dan meningkatnya kebutuhan global memberikan dorongan tambahan bagi para pelaku industri untuk terus meningkatkan produksi. Namun, Supriatna mengingatkan bahwa upaya tersebut harus diimbangi dengan dukungan infrastruktur yang memadai, terutama untuk memastikan distribusi dan efisiensi rantai pasok dari hulu ke hilir.
“Supaya aman kita butuh peningkatan produksi. Produksi akan optimal kalau kita bisa kembangkan infrastruktur, terutama di sektor hulu,” tegasnya. Ia menambahkan, insentif untuk pembangunan infrastruktur sangat diperlukan agar target produksi bisa dicapai tanpa hambatan logistik.
Isu Lingkungan Dinilai Tidak Berdampak Langsung ke Produksi
Meski tekanan terhadap isu lingkungan dan transisi energi bersih semakin meningkat, Supriatna menilai bahwa dampaknya terhadap produksi batubara nasional masih minim, setidaknya dalam jangka pendek. Termasuk terkait Moratorium Oslo yang belakangan menjadi sorotan global terhadap sektor energi berbasis fosil.
Menurutnya, Indonesia belum berada dalam posisi mendesak untuk menurunkan emisi secara drastis, karena tingkat pembakaran batubara nasional masih jauh di bawah negara-negara lain. “Kita kan tidak terlalu urge dalam menurunkan emisi karena hanya membakar 60 juta ton batubara, bandingkan dengan USA yang membakar sampai 900 juta,” jelas Supriatna.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa energi masih menjadi tulang punggung pergerakan roda perekonomian nasional. Maka dari itu, fokus utama Indonesia saat ini adalah memastikan ketersediaan energi yang terjangkau dan stabil untuk mendukung pembangunan dan aktivitas industri.
Dengan target yang ambisius dan tantangan infrastruktur yang masih dihadapi, sektor batubara Indonesia bersiap menghadapi tahun depan dengan strategi yang mengedepankan efisiensi, keberlanjutan pasokan, serta adaptasi terhadap dinamika global. Dalam konteks ini, kolaborasi antara pelaku industri dan pemerintah menjadi kunci dalam menjaga daya saing dan ketahanan energi nasional.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Lava Bold N1 5G: Smartphone Murah dengan Fitur Premium
- 16 September 2025
2.
Tips Bermain Egrang Agar Tubuh dan Mental Seimbang
- 16 September 2025
3.
Manfaat Berkuda, Olahraga Seru Tingkatkan Kesehatan Tubuh
- 16 September 2025
4.
Panahan, Olahraga Tradisi yang Latih Fokus dan Kesabaran
- 16 September 2025
5.
4 Tempat Menikmati Pempek Palembang di Kota Malang
- 16 September 2025