Harga Minyak Dunia Tertahan, Pasar Waspadai Langkah Produksi Tambahan OPEC+
- Kamis, 01 Mei 2025

JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami stagnasi setelah mencatat penurunan bulanan terdalam sejak 2021. Kondisi ini memicu kekhawatiran baru di pasar global, terutama terkait potensi langkah aliansi produsen minyak OPEC+ yang dipimpin Arab Saudi untuk kembali meningkatkan produksi secara agresif.
Minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) saat ini diperdagangkan di kisaran US$58 per barel, sementara kontrak Brent teraktif ditutup mendekati US$61 per barel. Pada Rabu, 30 April 2025, harga WTI tercatat turun sebesar 3,7 persen, menjadikan April sebagai bulan dengan penurunan tertajam dalam lebih dari tiga tahun terakhir.
Laporan dari Reuters menyebutkan bahwa Arab Saudi telah menyampaikan kepada mitra-mitra strategis dan pelaku industri energi bahwa negara tersebut siap menghadapi periode harga minyak rendah yang berkepanjangan. Sinyal tersebut memperkuat spekulasi bahwa Saudi akan mendorong OPEC+ untuk kembali menaikkan produksi pada pertemuan berikutnya.
Baca JugaDari Sampah Jadi Energi, Inovasi Hijau untuk Masa Depan Kota
Keputusan OPEC+ awal April lalu untuk meningkatkan pasokan secara signifikan mengejutkan pasar. Langkah tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan potensi kelebihan pasokan global, terlebih karena beberapa negara non-anggota seperti Kanada dan Guyana juga terus meningkatkan kapasitas produksi mereka.
Di sisi permintaan, situasi tidak kalah mengkhawatirkan. Ekonomi Amerika Serikat mencatat kontraksi untuk pertama kalinya sejak 2022, menurut data yang dirilis Rabu. Sementara itu, aktivitas manufaktur di China jatuh ke titik terendah sejak Desember 2023, yang menambah tekanan terhadap prospek konsumsi energi global.
Meski data mingguan menunjukkan adanya penurunan stok minyak mentah dan bensin di Amerika Serikat, sentimen pasar tetap negatif. Ketidakpastian dalam negosiasi dagang internasional, terutama yang dipimpin AS, turut memperburuk ekspektasi terhadap permintaan energi di masa mendatang.
Morgan Stanley dalam laporan terbarunya mengungkapkan bahwa permintaan minyak global pada April masih bertahan di angka 102 juta barel per hari, sama seperti tahun lalu. Proyeksi sebelumnya memprediksi adanya peningkatan permintaan sebesar 500.000 barel per hari, namun harapan tersebut kini mulai memudar.
“Ketidakpastian terhadap prospek ekonomi kemungkinan menjadi penyebab stagnasi pertumbuhan, dengan impor nafta di Asia Timur indikator utama permintaan industri anjlok ke level terendah dalam lima tahun,” tulis analis Morgan Stanley, Prateek Kedia dan Natasha Kaneva, dalam sebuah catatan yang dikutip Bloomberg.
Dengan kondisi pasar yang terus dibayangi oleh tekanan permintaan dan potensi lonjakan pasokan, pelaku industri kini menantikan pertemuan OPEC+ berikutnya sebagai penentu arah harga minyak dunia di kuartal mendatang. Jika OPEC+ benar-benar memutuskan menambah produksi, harga minyak berisiko terus mengalami tekanan di tengah lemahnya pemulihan ekonomi global.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Lava Bold N1 5G: Smartphone Murah dengan Fitur Premium
- 16 September 2025
2.
Tips Bermain Egrang Agar Tubuh dan Mental Seimbang
- 16 September 2025
3.
Manfaat Berkuda, Olahraga Seru Tingkatkan Kesehatan Tubuh
- 16 September 2025
4.
Panahan, Olahraga Tradisi yang Latih Fokus dan Kesabaran
- 16 September 2025
5.
4 Tempat Menikmati Pempek Palembang di Kota Malang
- 16 September 2025