JAKARTA – Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan betapa pentingnya kemitraan bagi para pelaku UMKM di Indonesia. Dalam pidato kunci yang disampaikannya di acara Kumparan The Economic Insight 2025 di Jakarta pada 19 Februari, Menteri Maman menyatakan bahwa UMKM adalah sokoguru perekonomian nasional yang memerlukan dukungan kemitraan daripada belas kasihan. Dalam suatu wawancara, Maman menyatakan, "Saat korporasi besar luluh lantah akibat pandemi Covid-19, UMKM hadir sebagai penyelamat ekonomi bangsa ini. Pengusaha UMKM tidak butuh belas kasih, tapi butuh semangat kemitraan."
CSR ke CBR: Paradigma Baru Pendukung UMKM
Sebagai sorotan utama, Menteri Maman mengusulkan agar pendekatan bantuan terhadap UMKM mengalami perubahan dari Corporate Social Responsibility (CSR) ke Corporate Business Responsibility (CBR). Pendekatan CBR menurutnya lebih berfokus pada profesionalisme dan keuntungan bersama, sesuai prinsip ekonomi kapital yang mengutamakan aspek bisnis dan keuntungan.
Dalam pidatonya, Maman mengatakan, “Kalau menempatkan UMKM dalam perspektif sosial, saya pastikan tidak akan bisa maju dan tumbuh. Tapi kalau UMKM ditempatkan dalam perspektif business responsibility, Insyaallah UMKM itu akan berkembang.” Ia menekankan bahwa paradigma pendukung UMKM tidak boleh hanya dilihat dari sisi sosial semata, namun harus ada aspek yang mendukung untuk berjalannya kemitraan yang profesional.
IUP: Peluang Besar Bagi UMKM di Sektor Tambang
Selain itu, Menteri Maman juga menyinggung perihal kebijakan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang diharapkan dapat membuka lebih banyak peluang bagi UMKM di sektor pertambangan minerba sebagai dorongan perekonomian nasional. "Kita ingin mengangkat sektor UKM sebagai penopang ekonomi negara, sama seperti di China, Korea Selatan, Jepang, dan negara maju lainnya," ujarnya.
Dengan kebijakan terbaru ini, UMKM diharapkan dapat lebih berkontribusi terhadap ekonomi nasional. Sebagai bagian dari program ini, Kementerian UMKM berencana untuk mensyaratkan bahwa usaha kecil dan menengah yang mendapatkan IUP harus terlibat dalam rantai pasok industri besar, guna membangun ekosistem bisnis yang lebih berkelanjutan.
Membangun Konektivitas UMKM dan Industri Besar
Maman menegaskan pentingnya membangun konektivitas antara UMKM dan industri besar. Hingga saat ini, menurutnya, belum ada integrasi yang kuat antara kedua sektor tersebut, dan hal ini menjadi tantangan besar. "Sampai hari ini belum terjadi konektivitas antara UMKM dan usaha besar, persis seperti yang disampaikan Profesor Bambang Brodjonegoro,” jelasnya. Untuk itu, kondisi ini dapat ditingkatkan dengan memberi prasyarat kepada usaha kecil dan menengah yang mendapatkan IUP, sehingga rantai pasok dapat terbangun dan saling menguntungkan.
UMKM dalam Target Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memiliki target ambisius untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen pada tahun 2025, dengan UMKM dan pariwisata sebagai sektor andalan. Berdasarkan data terbaru yang diterima dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, UMKM saat ini berperan penting dengan menyumbang lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap hampir 97% tenaga kerja di Indonesia, dengan lebih dari 64 juta unit usaha UMKM di seluruh tanah air.
Hadir dalam acara selain Menteri Maman adalah Deputi Bidang Kewirausahaan Siti Azizah, mantan Menteri Koperasi dan UKM periode 2019-2024 Teten Masduki, serta mantan Menteri Riset dan Teknologi periode 2019-2021 Bambang Brodjonegoro. Kolaborasi lintas sektor ini meneguhkan pentingnya dukungan seluruh elemen masyarakat dalam memperkuat ekosistem UMKM di Indonesia.
Kolaborasi yang terjalin diharapkan dapat menciptakan ekosistem UMKM yang lebih kuat dan berdaya saing, guna mencapai target nasional dan memberi dampak signifikan pada pembangunan ekonomi bangsa. Dengan menyamakan persepsi dan menyatukan langkah antara berbagai pihak terkait, Indonesia diharapkan dapat bertumbuh sebagai negara dengan perekonomian yang makin kokoh.