
JAKARTA - Perdagangan kopi di Vietnam pekan ini menunjukkan tren lesu, seiring pasokan biji kopi yang terbatas dan permintaan yang melemah. Para pedagang menunggu musim panen baru yang dijadwalkan dimulai bulan depan, sehingga aktivitas transaksi cenderung stagnan.
Di wilayah Central Highlands, yang menjadi sentra utama produksi kopi Vietnam, petani melepas biji kopi dengan harga 115.000–117.000 dong per kilogram (US$ 4,36–4,44). Angka ini sedikit naik dibanding pekan sebelumnya di kisaran 114.500–116.800 dong per kilogram.
Seorang pedagang menyatakan, “Permintaan dan pasokan sama-sama tipis saat ini. Menjelang musim panen baru, para pedagang cenderung menunggu biji kopi yang segar.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa pelaku pasar memilih bersikap hati-hati menanti stok baru.
Baca Juga
Permintaan Masih Tipis Menjelang Panen
Beberapa petani di Central Highlands sudah mulai menawarkan biji kopi dari panen mendatang, namun volumenya masih terbatas. Hal ini membuat pasokan yang tersedia di pasar tetap tipis, sehingga harga cenderung stagnan meski ada sedikit kenaikan.
Kondisi ini diperparah oleh lemahnya permintaan dari pedagang dan eksportir. Para pelaku pasar internasional memilih menunggu panen baru sebelum melakukan pembelian dalam volume besar. Strategi ini menjaga kestabilan stok, tetapi menekan likuiditas pasar saat ini.
Dalam konteks global, harga kopi robusta juga menunjukkan tren penurunan. Pada Rabu, 17 September 2025, harga kopi robusta turun US$ 331 atau sekitar 7% menjadi US$ 4.450 per ton. Penurunan ini dipicu oleh ekspektasi pasokan global yang lebih tinggi di bulan mendatang.
Dampak pada Pasar Kopi Indonesia
Kondisi pasar global memengaruhi harga kopi di Indonesia. Kopi robusta asal Sumatra ditawarkan dengan diskon US$ 40–45 terhadap kontrak November dan Desember, lebih rendah dibanding pekan sebelumnya yang masih berada di level 0 diskon.
Beberapa perusahaan dagang melakukan lindung nilai di bursa, sehingga mereka dapat menawarkan kopi dengan harga lebih rendah. Namun, terdapat juga penawaran dengan premi US$ 50 terhadap kontrak November, berbeda dengan pekan lalu yang masih mencatat diskon US$ 100.
Penyesuaian harga ini menunjukkan bahwa pelaku pasar berupaya menyeimbangkan kondisi pasokan dan permintaan, sekaligus mengantisipasi fluktuasi harga di bursa internasional. Strategi lindung nilai menjadi salah satu cara menjaga kestabilan pendapatan petani dan pedagang kopi.
Tantangan Produksi di Indonesia
Di sisi produksi, petani kopi di Lampung menghadapi tantangan cuaca ekstrem. Curah hujan deras di daerah sentra perkebunan menyebabkan banyak buah kopi muda (baby cherries) gugur. Fenomena ini berpotensi menurunkan volume panen dan memengaruhi ketersediaan pasokan kopi robusta lokal.
Petani dan eksportir harus menyesuaikan rencana panen dan distribusi akibat kondisi ini. Gangguan produksi sementara ini dapat menimbulkan tekanan harga jika pasokan terbatas pada saat permintaan mulai meningkat menjelang musim liburan dan ekspor.
Selain itu, pengelolaan pasca panen menjadi penting untuk menjaga kualitas biji kopi. Penanganan yang tepat dapat meminimalkan kehilangan berat dan kualitas, sehingga harga jual tetap kompetitif meski volume produksi menurun.
Prospek Pasar Menjelang Musim Panen
Para pelaku pasar menantikan musim panen baru di Vietnam dan Indonesia sebagai titik balik untuk aktivitas perdagangan. Saat panen baru tiba, diharapkan pasokan biji kopi meningkat sehingga transaksi di pasar menjadi lebih aktif.
Bagi pedagang dan eksportir, musim panen baru menjadi kesempatan untuk menambah stok, memenuhi permintaan domestik dan internasional, serta memanfaatkan harga yang kompetitif. Sementara bagi petani, panen baru menjadi momen penting untuk meningkatkan pendapatan setelah periode harga stagnan.
Sinergi antara pengelolaan pasokan, strategi lindung nilai, dan kesiapan produksi pasca panen menjadi kunci untuk menjaga stabilitas pasar kopi di kedua negara. Dengan koordinasi yang baik, tekanan harga akibat pasokan terbatas dapat diminimalkan.
Kondisi pasar kopi Vietnam dan Indonesia saat ini menunjukkan dinamika pasokan dan permintaan yang masih tipis. Harga stagnan dan fluktuasi global menuntut strategi cermat dari pedagang dan petani.
Meski ada tantangan cuaca dan keterbatasan pasokan, prospek tetap positif menjelang musim panen baru. Aktivitas perdagangan diperkirakan meningkat, membawa peluang bagi para pelaku pasar untuk menstabilkan harga dan memenuhi kebutuhan konsumsi maupun ekspor.
Pemantauan harga global, pengelolaan produksi lokal, serta strategi penawaran yang fleksibel menjadi faktor kunci agar pasar kopi tetap sehat dan berkelanjutan. Petani, pedagang, dan eksportir diharapkan dapat memanfaatkan momentum musim panen untuk meningkatkan pendapatan dan stabilitas pasar.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Pertagas Tingkatkan Keandalan Infrastruktur Energi Nasional Berkelanjutan
- Jumat, 19 September 2025
Terpopuler
1.
Tarif Listrik PLN Tetap, Dukungan Stabilitas Ekonomi Nasional
- 19 September 2025
2.
Update Harga BBM Non Subsidi Hari ini, 19 September 2025
- 19 September 2025
3.
BMKG Waspadai Gelombang Tinggi di Perairan DIY
- 19 September 2025
4.
Update Harga Sembako hari ini, 19 September 2025
- 19 September 2025
5.
Cek Bansos BPNT September 2025, Dana Rp600.000 Cair
- 19 September 2025