Kamis, 18 September 2025

Petani Subak Jatiluwih Panen Beras Merah, Hasil dan Harga Meningkat Signifikan

Petani Subak Jatiluwih Panen Beras Merah, Hasil dan Harga Meningkat Signifikan
Petani Subak Jatiluwih Panen Beras Merah, Hasil dan Harga Meningkat Signifikan

JAKARTA - Musim panen raya beras merah tengah berlangsung di Subak Jatiluwih, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Para petani setempat menunjukkan kegembiraan karena hasil panen yang meningkat disertai dengan lonjakan harga gabah dan beras merah di pasaran.

Panen raya ini telah dimulai sejak Mei 2025 dan diperkirakan akan rampung pada minggu pertama Juli 2025. Pada musim panen kali ini, rata-rata hasil panen mencapai hingga 7,5 ton per hektare, meningkat dibandingkan panen sebelumnya di November 2024 yang hanya menghasilkan 6 hingga 7 ton per hektare.

Siang kemarin menunjukkan sebagian besar padi beras merah di kawasan wisata Jatiluwih sudah dipanen dan banyak petani tengah menjemur gabah di tengah sawah. Namun, menurut Pekaseh Subak Jatiluwih I, Wayan Mustra, masih sekitar 30 persen petani yang belum melakukan panen. “Sudah hampir 100 persen panen raya tuntas,” ujarnya optimis.

Baca Juga

3 Rekomendasi Tempat Beli Oleh-Oleh Bakpia Khas Jogja

Wayan Mustra menjelaskan bahwa peningkatan hasil panen kali ini disebabkan oleh beberapa faktor penting. Di antaranya penggunaan pupuk organik yang membantu meningkatkan kesuburan tanaman, serta pembenahan tanah dengan menebar serbuk khusus untuk mengaktifkan unsur hara di dalam tanah. Selain itu, gangguan hama juga terbilang sedikit sehingga tanaman lebih sehat.

“Semua kondisi ini sangat menguntungkan petani. Hasil panen yang meningkat ini juga diikuti dengan harga gabah yang cukup tinggi, khususnya gabah kering panen,” kata Mustra. Dia menambahkan, saat ini harga gabah kering mencapai Rp 2 juta per kwintal, jauh lebih tinggi dibandingkan panen sebelumnya yang hanya sekitar Rp 700.000 per kwintal.

Kenaikan harga ini menurut Mustra dipicu oleh tingginya permintaan pasar yang tidak diimbangi dengan pasokan produksi beras merah dari wilayah lain. “Permintaan banyak, tapi produksi varietas beras merah di tempat lain sangat sedikit. Jadi saat ini hanya Subak Jatiluwih yang sedang panen raya,” jelasnya.

Kondisi ini tentu menjadi angin segar bagi para petani di Jatiluwih, yang selama ini sudah berkomitmen mengelola lahan pertanian secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Beras merah hasil panen di kawasan ini juga terkenal memiliki kualitas unggulan, yang sekaligus menjadi daya tarik wisatawan yang datang ke area persawahan yang masuk dalam warisan budaya dunia UNESCO.

Selain itu, Mustra mengungkapkan bahwa setelah musim panen beras merah ini berakhir, para petani di Subak Jatiluwih akan beralih menanam varietas unggul lain yang bukan beras merah. Rencana ini akan dijalankan mulai Agustus 2025 dan baru kembali menanam beras merah pada Januari 2026.

“Ini bagian dari rotasi tanaman agar tanah tetap subur dan produktif, serta menjaga keseimbangan ekosistem pertanian di sini,” tutur Mustra.

Panen raya beras merah di Subak Jatiluwih ini sekaligus menjadi bukti bahwa penerapan metode pertanian organik dan pembenahan tanah dapat meningkatkan hasil sekaligus menjaga kualitas lingkungan. Hal ini juga menjadi motivasi bagi petani lain untuk mengikuti praktik serupa guna mencapai keberlanjutan produksi pangan.

Dengan hasil panen yang lebih melimpah dan harga gabah yang meningkat signifikan, petani Subak Jatiluwih berharap perekonomian mereka semakin membaik dan bisa terus mempertahankan tradisi pertanian yang ramah lingkungan sekaligus mengangkat nilai budaya lokal.

Seiring berakhirnya panen raya ini, perhatian kini tertuju pada pola tanam berikutnya dan bagaimana petani akan menjaga produktivitas lahan agar tetap stabil untuk masa mendatang.

Musim panen raya beras merah di Subak Jatiluwih membawa kabar baik bagi petani dengan hasil panen yang meningkat hingga 7,5 ton per hektare dan harga gabah kering yang melonjak hingga Rp 2 juta per kwintal. Pendekatan pertanian organik dan pembenahan tanah menjadi kunci keberhasilan musim panen kali ini. Menurut Pekaseh Subak, Wayan Mustra, panen raya ini hampir rampung dan petani akan mulai menanam varietas unggul lain pada Agustus 2025, sebelum kembali menanam beras merah pada Januari 2026. Panen ini menjadi contoh sukses pengelolaan pertanian berkelanjutan yang mendukung peningkatan ekonomi petani sekaligus pelestarian budaya lokal.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Penyaluran Bansos Tahap 3 September 2025 Sudah 75 Persen

Penyaluran Bansos Tahap 3 September 2025 Sudah 75 Persen

BMKG Ingatkan Waspada Cuaca Ekstrem di Sejumlah Wilayah

BMKG Ingatkan Waspada Cuaca Ekstrem di Sejumlah Wilayah

Cara Mudah Cek dan Atasi Tunggakan BPJS Kesehatan

Cara Mudah Cek dan Atasi Tunggakan BPJS Kesehatan

Diskon 50 Persen Iuran BPJS Ketenagakerjaan untuk Pekerja Informal

Diskon 50 Persen Iuran BPJS Ketenagakerjaan untuk Pekerja Informal

Harga Sembako di Bali Berfluktuasi, Cabai Merah Paling Mahal

Harga Sembako di Bali Berfluktuasi, Cabai Merah Paling Mahal