JAKARTA - Krisis iklim yang semakin mengancam memaksa sektor transportasi dan logistik di Indonesia untuk bertransformasi menuju sistem yang lebih berkelanjutan. Sektor ini sendiri menyumbang sekitar 27% dari total emisi gas rumah kaca (GRK) dunia, sehingga perubahan cepat menjadi kebutuhan mendesak guna mendukung target Net Zero Emission dan pembangunan hijau nasional.
Dalam upaya mempercepat perubahan tersebut, BINUS @Bekasi menjadi tuan rumah Kick-Off Meeting Living Lab Green Corridor Initiative (LLGCI), sebuah forum kolaboratif yang mempertemukan akademisi, praktisi industri, pemerintah, dan perwakilan internasional. Tujuannya adalah menciptakan solusi nyata untuk mempercepat penerapan transportasi dan logistik hijau di Tanah Air.
Deputy Campus Director Academic & Student Development BINUS @Bekasi, Prof. Dr. Ir. Sevenpri Candra, menegaskan pentingnya inisiatif ini. “Melalui LLGCI, kami ingin menjadikan kampus bukan hanya pusat pendidikan, tetapi juga pusat inovasi yang terintegrasi dengan dunia usaha dan mendukung pembangunan nasional berkelanjutan,” ujarnya.
Kolaborasi Lintas Negara dan Sektor
Acara ini juga mendapat dukungan kuat dari berbagai negara. Natasja Van Der Geest dari Kedutaan Besar Belanda menekankan perlunya kerja sama internasional. “Krisis iklim ini adalah tantangan global. Diperlukan sinergi internasional untuk berbagi pengalaman, teknologi, dan praktik terbaik agar transisi ke logistik hijau bisa berjalan lebih cepat dan efektif,” kata Natasja.
Selain itu, Capt. Novyanto Widadi dari Kementerian Perhubungan RI menjelaskan kebijakan nasional yang mendorong efisiensi dan keberlanjutan sektor logistik di Indonesia. Sementara Dr. Dennis Moeke dari HAN University, Belanda, memaparkan praktik terbaik logistik hijau yang berhasil di Eropa dan dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia.
Teknologi dan Kolaborasi Kunci Keberhasilan
Diskusi dalam forum LLGCI menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi digital dalam rantai pasok, penggunaan kendaraan berbasis energi bersih, serta optimalisasi manajemen rute untuk menekan emisi karbon. Para pembicara sepakat bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan perguruan tinggi menjadi kunci utama dalam menciptakan solusi logistik yang efisien sekaligus ramah lingkungan.
“Dengan memperkuat kemitraan, kita dapat mempercepat pengembangan riset dan implementasi green logistics, sehingga berdampak langsung pada efisiensi biaya, kelestarian lingkungan, dan peningkatan daya saing nasional,” tegas Dr. Ir. Hardijanto Saroso, Dekan BINUS Business School.
Penandatanganan Letter of Intent
Momentum kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Letter of Intent (LoI) oleh para mitra strategis, termasuk BINUS University, Cikarang Dry Port, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan HAN University Belanda. Penandatanganan ini menjadi simbol komitmen bersama untuk mewujudkan transportasi dan logistik berkelanjutan di Indonesia.
“LoI ini menegaskan keseriusan kami untuk bekerja sama dalam penelitian, pengembangan teknologi, dan implementasi solusi nyata untuk green logistics,” ujar Hardijanto.
Dampak Positif untuk Masyarakat dan Lingkungan
BINUS @Bekasi berharap inisiatif ini dapat memperkuat peran kampus sebagai pusat riset dan inovasi yang berorientasi pada dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Ini sejalan dengan visi kampus dalam melahirkan talenta unggul yang tidak hanya cakap secara akademis, tetapi juga peduli sosial dan lingkungan.
“Kami percaya pendidikan tinggi memiliki peran strategis mencetak sumber daya manusia yang mampu menjawab tantangan zaman, termasuk transisi menuju ekonomi hijau,” kata Sevenpri.
Mendesaknya Transformasi Logistik
Data dari International Energy Agency (IEA) memperingatkan bahwa jika tidak ada perubahan, sektor transportasi dan logistik bisa menjadi penyumbang emisi GRK terbesar pada 2050. Untuk itu, berbagai negara, termasuk Indonesia, harus cepat mengadopsi solusi seperti elektrifikasi armada logistik, pemanfaatan biofuel, dan integrasi moda transportasi rendah karbon.
LLGCI membuka peluang kolaborasi riset untuk inovasi teknologi, seperti penggunaan kendaraan listrik di sektor logistik, optimalisasi cold chain, dan penerapan Internet of Things (IoT) guna meningkatkan efisiensi distribusi.
Sinergi Kebijakan dan Pelaku Industri
Capt. Novyanto menegaskan, pemerintah terus memperkuat kebijakan transportasi berkelanjutan dengan regulasi yang mendukung ekosistem kendaraan listrik, infrastruktur hijau, serta insentif bagi pelaku industri yang beralih ke armada ramah lingkungan.
“Komitmen pemerintah sudah jelas, tinggal bagaimana seluruh stakeholder berkolaborasi secara konsisten mempercepat transisi ini,” ujarnya.
Harapan untuk Generasi Mendatang
Transformasi sistem transportasi dan logistik hijau bukan hanya soal efisiensi bisnis dan pembangunan nasional, tapi juga soal menjaga warisan bumi yang lebih baik bagi generasi mendatang.
“Kita tidak hanya bicara efisiensi bisnis, tetapi juga warisan bumi yang lebih baik bagi anak cucu kita. Itulah sebabnya inisiatif seperti LLGCI ini penting untuk terus dijaga dan diperluas,” tutup Sevenpri.