Menteri Kominfo: AI Harus Beri Ruang Tumbuh dan Inovasi bagi Masyarakat Indonesia

Selasa, 03 Juni 2025 | 10:55:21 WIB
Menteri Kominfo: AI Harus Beri Ruang Tumbuh dan Inovasi bagi Masyarakat Indonesia

JAKARTA - Teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) kini semakin menjadi bagian penting dalam berbagai sektor, terutama layanan platform digital yang mendominasi aktivitas sehari-hari. Namun, di balik kemajuan teknologi ini, Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Meutya Hafid mengingatkan agar pengembangan AI tidak justru mengekang potensi manusia, melainkan harus memberi ruang tumbuh dan berinovasi bagi masyarakat.

“AI harus membuat pelayanan publik lebih dekat, membuat kebijakan yang lebih responsif, dan membuka lebih banyak pintu bagi masyarakat untuk tumbuh,” tegas Meutya Hafid dalam pernyataannya di Jakarta.

AI Sebagai Alat untuk Meningkatkan Pengalaman Manusia

Menurut Meutya, teknologi sejatinya hadir sebagai alat yang bertujuan mengoptimalkan aktivitas dan pekerjaan manusia. Oleh karena itu, pengembangan AI di Indonesia harus berorientasi pada optimalisasi pengalaman manusia dalam berbagai bidang, bukan sekadar teknologi canggih yang mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan.

Ia mencontohkan langkah pengembangan koleksi Large Language Models (LLMs) yang merupakan platform open-source khusus untuk Bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Model AI ini memiliki kapasitas hingga 70 miliar parameter dan dilengkapi layanan chat multibahasa yang dikembangkan oleh perusahaan besar seperti GoTo dan Indosat.

“Peluncuran platform ini, meskipun berasal dari sektor swasta, menjadi momentum penting untuk menyampaikan arah kebijakan digital nasional yang berakar pada nilai-nilai Pancasila dan semangat gotong royong,” jelas Meutya.

Semangat Gotong Royong dalam Pengembangan AI

Menteri Meutya menekankan bahwa semangat sumber terbuka (open-source) sangat relevan dengan nilai gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Menurutnya, kekuatan pengembangan teknologi tidak ditentukan oleh siapa yang paling cepat, melainkan siapa yang paling peduli dan mampu bekerja sama.

“Kekuatan tidak terletak pada siapa yang paling cepat, tetapi pada siapa yang paling peduli,” ujarnya. Ia juga menekankan bahwa teknologi yang kuat harus dibangun bersama dengan nilai, akses, dan kolaborasi yang inklusif.

AI yang Berkarakter dan Berbasis Nilai Lokal

Dalam konteks globalisasi teknologi, Meutya menegaskan bahwa pengembangan AI di Indonesia harus mencerminkan karakter bangsa, bukan sekadar mengikuti tren teknologi luar negeri. Hal ini penting agar AI dapat menjawab kebutuhan dan tantangan lokal dengan pendekatan yang sesuai budaya dan nilai-nilai Indonesia.

“Kita tidak ingin sekadar menjadi pengguna teknologi, melainkan juga pencipta dan pengarah AI yang berakar dari kebutuhan rakyat,” katanya.

Untuk mendukung hal tersebut, Kementerian Kominfo sedang menyusun Peta Jalan Kecerdasan Artifisial Nasional yang dijadwalkan rampung pada Juni 2025. Peta jalan ini nantinya akan menjadi pedoman utama bagi pengembangan teknologi AI di Indonesia yang inklusif dan beretika.

Investasi Global dan Peran Indonesia dalam AI

Menteri Meutya juga menyoroti tren investasi global di bidang AI generatif yang terus meningkat pesat. Data menunjukkan, investasi di sektor ini naik dari 4 miliar dolar AS pada 2021 menjadi diperkirakan 25 miliar dolar AS pada 2025.

Indonesia sebagai negara berkembang tidak ingin sekadar menjadi pasar pengguna teknologi, melainkan juga berperan aktif sebagai inovator dan pengarah perkembangan AI.

“Investasi global di bidang AI generatif meningkat dari 4 miliar dolar AS pada 2021 menjadi 25 miliar dolar AS pada 2025. Indonesia harus mampu mengambil peran strategis dalam pengembangan AI yang berakar dari nilai dan kebutuhan nasional,” ujar Meutya.

Dampak AI pada Pelayanan Publik dan Kebijakan Responsif

Menurut Menteri Kominfo, AI juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan menjadikannya lebih dekat dan mudah diakses masyarakat. Selain itu, teknologi ini membantu pemerintah membuat kebijakan yang lebih responsif dan adaptif terhadap dinamika sosial ekonomi.

“AI harus menjadi alat yang memperkuat fungsi pelayanan dan kebijakan pemerintah agar bisa lebih cepat dan tepat sasaran,” kata Meutya.

Pengembangan teknologi kecerdasan buatan di Indonesia memasuki fase penting di mana AI harus lebih dari sekadar alat otomatisasi. Menteri Kominfo Meutya Hafid menegaskan bahwa AI harus memberi ruang bagi masyarakat untuk tumbuh dan berinovasi dengan tetap berakar pada nilai-nilai lokal dan semangat gotong royong.

Peta Jalan Kecerdasan Artifisial Nasional yang sedang disusun pemerintah diharapkan menjadi panduan strategis yang memadukan teknologi, etika, dan kolaborasi untuk mewujudkan AI yang inklusif dan berdaya saing.

Dengan peningkatan investasi global di bidang AI, Indonesia memiliki peluang besar untuk tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pencipta solusi AI yang berkarakter sesuai kebutuhan masyarakat dan bangsa.

Terkini

Menginap di Langit Dubai, Sensasi Hotel Tertinggi Dunia

Rabu, 17 September 2025 | 15:52:51 WIB

Promo Diskon 50 Persen Listrik PLN Bulan September

Rabu, 17 September 2025 | 15:52:49 WIB

Jadwal Lengkap Kapal Pelni KM Leuser Akhir September

Rabu, 17 September 2025 | 15:52:48 WIB

Nikmati Diskon 20 Persen Tiket KAI Travel Fair

Rabu, 17 September 2025 | 15:52:47 WIB