BBNI Siapkan Buyback Saham Rp 1,5 Triliun: Dampak dan Prospek ke Kinerja Perusahaan

Selasa, 18 Februari 2025 | 12:36:36 WIB
BBNI Siapkan Buyback Saham Rp 1,5 Triliun: Dampak dan Prospek ke Kinerja Perusahaan

JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), salah satu emiten perbankan besar milik negara, baru-baru ini mengumumkan rencana untuk melakukan pembelian kembali atau buyback saham dengan nilai mencapai Rp 1,5 triliun. Aksi ini diambil sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk memperkuat kinerja dan stabilitas di tengah volatilitas pasar saham, serta menanggapi dinamika ekonomi dan pasar modal yang berfluktuasi.

Menurut Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, dana yang digunakan untuk pembelian kembali saham ini akan bersumber dari arus kas bebas (free cash flow), khususnya dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya. "Kami pastikan bahwa buyback ini tidak akan memengaruhi biaya operasional atau laba-rugi perusahaan, karena dana yang digunakan berasal dari sumber internal yang kuat," jelas Okki dalam keterangannya di Jakarta, Senin (18/2).

Sebagai informasi, nilai transaksi buyback ini belum mencakup biaya tambahan, seperti komisi perantara pedagang efek dan biaya lainnya yang diperkirakan mencapai sekitar 0,3% dari total transaksi. Selain itu, BNI juga merencanakan untuk membeli kembali saham hingga maksimal 10% dari total modal yang ditempatkan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Strategi Buyback untuk Menanggulangi Tekanan Pasar

Langkah buyback saham ini dipandang oleh manajemen BNI sebagai respons terhadap tekanan jual yang muncul di pasar saham, terutama yang dipicu oleh ketidakstabilan ekonomi global dan volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meski saham BNI mencatatkan kenaikan yang positif sepanjang 2024, dengan pertumbuhan 11,1% year on year (YoY), namun memasuki akhir tahun, perusahaan mencatat adanya penurunan yang signifikan pada harga sahamnya.

Pada 7 Februari 2025, saham BNI tercatat turun 25,7% secara tahunan, dengan harga penutupan di level Rp 4.270. Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk hasil pemilu Amerika Serikat yang mengarah pada sentimen negatif terhadap IHSG, serta kekhawatiran investor terkait ketidakstabilan geopolitik dan kondisi makroekonomi domestik yang tidak menentu.

Okki Rushartomo menyebutkan bahwa kebijakan buyback ini bertujuan untuk menstabilkan harga saham di tengah gejolak pasar. "Kami melihat harga saham saat ini belum mencerminkan nilai fundamental perusahaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, langkah ini kami anggap penting untuk meredam tekanan jual dan memberikan sinyal positif ke pasar," ujar Okki.

Prospek Buyback Terhadap Kinerja Perusahaan

Meskipun buyback saham ini berpotensi mengurangi jumlah aset dan ekuitas BNI, manajemen tetap optimistis bahwa langkah ini tidak akan menggangu operasional perusahaan. Jika buyback mencapai batas maksimum Rp 1,5 triliun, maka nilai aset dan ekuitas BNI akan berkurang sebesar jumlah transaksi yang dilakukan. Namun, BNI memastikan bahwa ini tidak akan berdampak pada kinerja keuangan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.

Manajemen BNI juga menegaskan bahwa meskipun terjadi pengurangan ekuitas, tidak akan ada penurunan pendapatan maupun biaya pembiayaan. "Kondisi permodalan dan arus kas kami tetap solid, sehingga kami yakin langkah ini tidak akan menghambat pertumbuhan bisnis kami," tambah Okki.

Program buyback ini juga memiliki dampak positif lainnya. Saham yang dibeli kembali akan dialokasikan untuk program kepemilikan saham bagi pegawai, direksi, dan dewan komisaris BNI. Program ini akan berlangsung selama maksimal tiga tahun setelah proses buyback selesai. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan dan loyalitas pegawai serta manajemen terhadap kinerja perusahaan di masa depan.

Pengaruh terhadap Pasar dan Prospek Jangka Panjang

Sebagai langkah strategis jangka panjang, buyback saham BNI juga diyakini dapat meningkatkan kepercayaan investor. Dengan langkah ini, BNI menunjukkan komitmennya untuk menjaga harga saham yang stabil dan memberikan sinyal positif di pasar modal. Manajemen BNI optimistis bahwa dengan memperkuat fundamental perusahaan dan menjaga arus kas yang sehat, perusahaan dapat terus tumbuh meskipun di tengah ketidakpastian ekonomi global dan domestik.

Okki juga menyebutkan bahwa kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga dan kebijakan fiskal pemerintah, serta perkembangan pasar internasional, akan menjadi faktor penting yang memengaruhi kinerja saham BNI dalam jangka pendek hingga menengah. "Kami akan terus memantau kondisi pasar dan siap beradaptasi dengan dinamika yang ada," tambahnya.

Buyback Sebagai Langkah Strategis untuk Menjaga Kestabilan

Langkah buyback yang diambil oleh BNI merupakan bagian dari strategi untuk menjaga kestabilan harga saham dan memitigasi dampak negatif dari volatilitas pasar. Dengan menggunakan dana internal yang berasal dari arus kas bebas dan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya, BNI memastikan bahwa tindakan ini tidak akan mengganggu kinerja finansial perusahaan.

Manajemen BNI optimistis bahwa dengan permodalan yang kuat, arus kas yang sehat, serta langkah-langkah strategis yang telah dipersiapkan, perusahaan akan mampu melanjutkan pertumbuhannya meskipun di tengah tantangan ekonomi global. Dengan demikian, aksi buyback ini diharapkan dapat memperkuat kepercayaan investor dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dalam jangka panjang.

Terkini